Kompasiana.com |
Berkali kali saya harus berteriak aaahhh..!! Mengaduh kesakitan. Ketika meraut bambu, memegang pena, bahkan ketika mengancingkan baju. Saya mengaduh dihadapan mahasiswa saat mencoba merautkan bambu untuk mereka.
Rasa sakit itu terletak di pangkal ibu jari kanan. Bila sengaja disentuh atau ditekan, tidak ditemukan bagian yang sakit. Tapi bila tersenggol tanpa sengaja, sakit luar biasa. Berkali kali saya mengaduh dengan keras ketika santri mengambil tangan saya untuk salaman.
Saya merasakan sakit sejak Idul Adha, saat terlibat dengan serunya menangani hewan qurban. Setelah beberapa kali mengayunkan kampak untuk memotong tulang, pergelangan terasa sakit. Rasa sakit itu saya biarkan saja, karena sudah biasa seperti itu. Paling sakitnya hanya beberapa hari setelah itu hilang sendiri seperti biasa. Namun ternyata malah semakin sakit hingga sebulan kemudian.
Sejak itu pula saya berhenti menekuni hobi kaligrafi. Sampai hari ini terhitung enam bulan sudah saya tidak mampu memegang pena.
Sempat diduga asam urat.
Semula saya begitu yakin kalau sakit ini akibat asam urat. Saya mencoba ikut tes darah di Prodia. Hasil pemeriksaan darah lewat Prodia menunjukkan kadar asam urat lebih tinggi sedikit dari normal. Kadarnya hanya 7.2 saja.
Saya coba diet, mengontrol makanan yang berpotensi meningkatkan asam urat. Kurang lebih sebulan saya membatasi makan makanan tertentu. Namun ternyata keadaan tidak membaik, malah memburuk. Saya tidak bisa menulis, tidak bisa melalukan hal sederhana seperti mengancingkan baju.
Atas desakan berulang ulang dari keluarga, akhirnya saya periksa ke dokter. Tadinya saya tidak mau karena merasa bisa mengatasi sendiri. Setelah diperiksa, saya diberi suntikan dan obat anti radang. Dokter tidak memberi banyak penjelasan mengenai kondisi saya. Ia hanya bilang, ini bukan asam urat. Asam urat tidak begini dan tidak disini letaknya. Ini adalah radang sendi.
Saya habiskan obat dari dokter dan ternyata keadaan membaik. Tangan sudah tidak terlalu sakit, selama saya minum obat. Namun setelah obat dari dokter habis, rasa sakit itu mulai datang lagi.
Saya masih tetap mengajar kaligrafi di pesantren Al Hamidiyah dan di PGRA. Namun kegiatannya hanya memberi arahan murid murid menulis. Saya sendiri sudah tidak bisa memberi contoh tulisan walaupun hanya sekedar huruf alif. Ketika saya paksakan menulis, tulisan saya sangat jelek.
Rheumatoid Arthritis Atau Sindrom De Quervain Atau Semuanya
Kurangnya penjelasan dari dokter, mendorong saya untuk cari cari informasi sendiri. Ada beberapa penjelasan yang agaknya mirip dengan yang saya derita, tapi ada dua artikel yang memberi penjelasan paling dekat. Artikel pertama mengenai rheumatoid (rematik). Yang kedua Sindrom De Quervain. Apakah dua penyakit ini masih ada kaitan, saya tidak tahu.
Artikel dari Alo Dokter menulis demikian :
Rheumatoid arthritis atau artritis reumatoid adalah peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan kaku pada persendian contohnya di kaki dan tangan.Arthritis berarti radang sendi dan bisa berdampak pada jaringan di sekitar persendian, seperti pada otot, ligamen, dan tendon. Seiring waktu, peradangan ini bisa menghancurkan jaringan persendian. Efek dari kondisi ini akan membatasi aktivitas keseharian, seperti sulit untuk berjalan dan menggunakan tangan.
Rheumatoid arthritis terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh Anda sendiri. Penyakit ini lebih sering diderita oleh wanita, terutama di atas 40 tahun.
Gejala rheumatoid arthritis pada masing-masing orang berbeda dan bisa berubah seiring waktu, namun gejala yang sering timbul pada persendian adalah rasa kaku, kemerahan, bengkak, terasa hangat, dan nyeri. Penderita rheumatoid arthritis hanya bisa melakukan perawatan karena hingga saat ini masih belum ada obat yang dapat menyembuhkan rheumatoid arthritis secara total, namun dengan perawatan yang tepat, penyebaran dan peradangan dapat dihambat.
Perawatan rheumatoid arthritis yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan terapi serta pengobatan jangka panjang untuk menghambat perkembangan dan gejala rheumatoid arthritis. Jika perawatan dengan terapi dan pengobatan sudah tidak efektif, maka operasi untuk memperbaiki masalah persendian dapat dilakukan
Bila benar penyakit ini yang saya derita, maka saya menghadapi masalah serius. Saya sangat terganggu membaca "belum ada obatnya". Hobi saya berkaligrafi bisa benar benar musnah. Begitulah pikiran buruk yang menghantui saya setiap waktu.
Yang kedua mengenai Sindrom De Quervain, saya temukan kisah seorang ibu yang menceritakan penyakitnya, yang sangat mirip dengan penyakit saya. Hampir 100 % mirip. Yang berbeda hanya penyebabnya saja. Anda dapat membaca artikelnya yang sangat bermanfaat itu di Kompasiana.
Yang kedua mengenai Sindrom De Quervain, saya temukan kisah seorang ibu yang menceritakan penyakitnya, yang sangat mirip dengan penyakit saya. Hampir 100 % mirip. Yang berbeda hanya penyebabnya saja. Anda dapat membaca artikelnya yang sangat bermanfaat itu di Kompasiana.
Menyerah..?
Untunglah saya masih merasa malu, setelah membaca kembali kisah kaligrafer yang memiliki kekurangan dalam fisiknya. Saya ulangi lagi membaca artikel tentang Hakim, kaligrafer buntung dari Mesir yang tidak pernah menyerah oleh keterbatasan fisiknya. Memberikan semangat juga pada saya agar tidak menyerah dengan keadaan. Baru sakit jempolnya sudah mengeluh, bagaimana kalau tangannya buntung ?
Insya Allah ada jalan keluarnya.
Untunglah saya masih merasa malu, setelah membaca kembali kisah kaligrafer yang memiliki kekurangan dalam fisiknya. Saya ulangi lagi membaca artikel tentang Hakim, kaligrafer buntung dari Mesir yang tidak pernah menyerah oleh keterbatasan fisiknya. Memberikan semangat juga pada saya agar tidak menyerah dengan keadaan. Baru sakit jempolnya sudah mengeluh, bagaimana kalau tangannya buntung ?
Insya Allah ada jalan keluarnya.
Mudah mudahan
Terima kasih telah meluangkan waktu membaca.