Hamid Al Amidi Rahimahullah |
Hamid Al Amidi, seorang kaligrafer ternama yang di gelari "syeikhul khattaatiin" (gurunya para kaligrafer). Beliau juga disebut sebagai 'orang yang mengembalikan kecemerlangan kaligrafi Arab' . Hamid menguasai seluruh cabang kaligrafi dengan baik, namun ia lebih dikenal rajanya tsuluts jaliy. Karyanya yang dipublikasikan antara tahun 1923 - 1965, menunjukkan kelasnya sebagai seniman kaligrafi tingkat dunia.
Kecintaannya kepada kaligrafi, menciptakan gambaran sosok Hamid sebagai kaligrafer yang tidak pernah meninggalkan penanya. Sampai menjelang wafat ia masih menulis, hanya saja karyanya tidak seperti kala ia muda. Usia tua telah mengalahkannya. Anda dapat menyaksikan video dokumenter Hamid Al Amidy menjelang wafat berikut ini :
Kecintaannya kepada kaligrafi, menciptakan gambaran sosok Hamid sebagai kaligrafer yang tidak pernah meninggalkan penanya. Sampai menjelang wafat ia masih menulis, hanya saja karyanya tidak seperti kala ia muda. Usia tua telah mengalahkannya. Anda dapat menyaksikan video dokumenter Hamid Al Amidy menjelang wafat berikut ini :
Channel : الموسوعة المرئية للخط العربي
الموسوعة المرئية للخط العربي
"Barangkali tulisannya pernah kita contoh untuk latihan. Ya..tulisannya memang sangat indah dan tersiar ke penjuru dunia. Tanda tangan beliau yang khas adalah identitas bagi seluruh karyanya".
Hamid al Amidi lahir di kota Diyar Bakr Turki (yang dulu dikenal sebagai kota Amid) sebelah tenggara kota Anatolia, Turki tahun 1309 H/1891 M. Ayahnya bernama Dzul Faqar dan Ibunya bernama Muntaha. Nama aslinya adalah Musa Azmi. Beliau juga dikenal dengan nama Hamid Aitac. Nama inilah yang kemudian ia pakai dalam nama penanya, Hamid. Sedangkan nama asli beliau, Azmi, sering ia pakai dalam tauqi’ pada karya-karya beliau sewaktu muda. Dan ketika masa tua, beliau lebih suka memakai nama sebutan beliau, Hamid.
" Ketika saya masih ber'azam (bertekad) untuk belajar kaligrafi, namaku Azmi. Setelah aku mencapai apa yang aku inginkan, aku memuji Tuhanku, maka namaku Hamid."
Hamid lebih terkenal dengan kepiawaiannya dalam tsulust jali. Bakat kaligrafinya mungkin didapat dari kakeknya Adam al Amidi yang juga seorang kaligrafer.
Dia mulai menerima pelajaran di kaligrafi selama pendidikan dasar dan sekolah persiapan dari "Mustafa Akif".
Minat Hamid dalam kaligrafi membuat dia gagal di tahun pertama studinya. Jadi, ayahnya melarang dia berlatih kaligrafi. Namun ayahnya menarik keputusannya itu setelah Hamid mendapat hadiah satu Lira emas atas partisipasinya dalam kegiatan menulis kaligrafi yang dipersembahkan untuk Sultan Abdul Hamid II yang diadakan disekolahnya. Saat itu Hamid berupaya menulis Tughra untuk sultan yang ternyata disukai oleh pejabat setempat.
Baca juga : Kaidah Kaligrafi Farisi Nasta'liq
Sejak itu Hamid makin tekun belajar kaligrafi. Ia banyak meniru karya-karya kaligrafer terkenal seperti Hafiz Osman", "Mustafa Rakim" dan lain-lain.
Pada tahun 1906, Ia menyelesaikan sekolah dasar. Kemudian menyelesaikan studi menengah di "sekolah militer Rashidiya di Diyar-e-Bakr".
Selama studi di sekolah militer Rashidiya ini, dia belajar kaligrafi tsuluts kepada "Ahmad Hilmi Bik" dan belajar kaligrafi riq'ah kepada Wahid Affandi . Saat itulah ia menghiasi peta atlas milik sekolahnya dengan tulisan yang sangat teliti dan indah yang membuat guru gurunya terkagum kagum dan menyimpan atlas itu di musium sekolah.
Hamid terpaksa putus sekolah setelah ayahnya meninggal dunia. Ia berjuang menyambung hidupnya dengan bekerja sebagai guru kaligrafi di sebuah sekolah. Kemudian ia bekerja di percetakan pada usia antara 17-18. Ia mulai bekerja sama dengan kaligrafer "Amin Affendi", disebuah percetakan milik militer.
Hamid Al Amidi memegangi tangan gurunya, Ismail Haqqi Altunbezer menjelang wafat
Kecintaannya pada kaligrafi menyebabkannya mengundurkan diri dari semua jabatan resminya pada tahun 1920. Ia memilih membuka sebuah workshop tempatnya membuat karya karya kaligrafi.
Peninggalannya adalah banyak tulisan al Qur'an dan Hadis, diantaranya 2 mushaf al Qur'an. Salah satu karyanya yang paling monumental adalah tulisan Surat Al Fatihah yang merupakan replika dari karya Musthafa Raqim yang ia tulis selama enam bulan (wow...).
Hamid al Amidi meninggal dunia pada hari Rabu 19 Mei tahun 1982, dimakamkan di sebelah makam kaligrafer Hamdullah Al Amasi
.
Murid muridnya yang paling terkenal antara lain : Mustafa Halim Afendi, Ahmad Zia Ibrahim, Hashim Muhammad Baghdadi, dan Mina Ko dari Jepang.
Berikut ini karya karya Hamid Al Amidi :
Sumber : berbagai artikel terutama : Hiba Studio
Sumber foto :
"Suatu hari Hamid Al Amidi bermimpi bertemu dengan shahabat karibnya, kaligrafer Halim yang telah wafat. Halim dalam mimpinya itu menulis kaligrafi tsuluts dengan sangat cepat. Hamid bertanya, kok bisa seperti itu ? Halim menjawab : Disurga, kaligrafi diajarkan seperti ini. Setelah mimpi itu, Hamid selalu mengulang ulang : "Bila di surga masih ada bambu dan kertas, aku tidak peduli pada kematian".
Hamid al Amidi meninggal dunia pada hari Rabu 19 Mei tahun 1982, dimakamkan di sebelah makam kaligrafer Hamdullah Al Amasi
.
Murid muridnya yang paling terkenal antara lain : Mustafa Halim Afendi, Ahmad Zia Ibrahim, Hashim Muhammad Baghdadi, dan Mina Ko dari Jepang.
Berikut ini karya karya Hamid Al Amidi :
Khat Farisi berisi syair syair Rubaiyyat Abu Said Abul Khair
ٍSurah Al Qalam ayat 51
Annadzofatu minal iiman
Asy Syafaqah alaa khalqillah
Ayat kursi
Basmalah dan petikan hadis
Surah Az-Zumar ayat 9
Surah Al Fath ayat 1
blueprint diatas kalkir
Syair tentang qana'ah (hitam putih)
Kaligrafi ma'kus
ِAl Qur'an Surah Taubah ayat 18
Wa an tashumu khairun lakum
ٍSurah Al Baqarah ayat 184
Wa ja'alna minal maa'i kulla syai'in hayyin
Surah Al Anbiya' ayat 30
Surah Al Fajr ayat 27 - 30
Biografi Hamid Al Amidi, artikel original Seni Kaligrafi Islam @2015 dirangkum dari beberapa sumber antara lain :
Sumber : berbagai artikel terutama : Hiba Studio
Sumber foto :
- www.draw-art.com
- kalemguzeli
- Channel : الموسوعة المرئية للخط العربيالموسوعة المرئية للخط العربي