Beliau adalah Pengasuh Pesantren LEMKA di Sukabumi, dan merupakan tokoh kaligrafi nasional. Terakhir beliau menjadi Koordinator Dewan Juri MTQ Nasional ke 29 tahun 2022 di Kalimantan Selatan, yang baru selesai 18 Oktober 2022 kemarin.
Kedatangan beliau, merupakan salah satu mata acara dalam rangkaian kegiatan Peringatan Hari Santri Nasional di Pesantren Al Hamidiyah Depok Jawa Barat.
Sebagai orang yang pernah sekian lama mempelajari buku buku kiai Didin, tentu kehadiran beliau di Pesantren Al-Hamidiyah, sangat saya antisipasi. Ini harus menjadi "pestanya blog kaligrafi Islam".
Sebagai persiapan, saya melakukan bersih bersih hp. Foto foto yang memenuhi hape, saya arsipkan semua. Aplikasi yang jarang digunakan sementara dihapus dulu. Pokoknya hapenya harus bisa menampung dokumentasi sebanyak banyaknya. Sampai akhirnya, berhasil mengosongkan 6 GB. Hanya demi mengabadikan kegiatan beliau ini.
Akhirnya hari yang ditunggu datang. Beberapa karya kaligrafi LEMKA sudah dipajang dilobi. Setelah sholat Asar, saya menuju lobi. Katanya acaranya habis Asar. Sampai di Lobi kok sepi. Ga ada kegiatan apa apa. Hanya ada beberapa karya yang dipamerkan. Saya sempat berfikir, jangan jangan kegiatannya hanya ini saja.. Pameran...
Kemudian saya kontak orang yang memberi saya rundown acara. Ternyata acaranya ada di lapangan futsal diatas basemen. Bergegas saya kesana. Alhamdulillah tidak terlambat.
Acara sudah dimulai dengan pembagian hadiah lomba kaligrafi. Beberapa santri pemenang, dipanggil untuk menerima hadiah.
Kemudian sampai pada acara yang ditunggu tunggu. Demo penulisan kaligrafi yang dilakukan oleh Dr. KH. Didin Sirajuddin AR.
Sebelum memulai, beliau memberikan sambutan. Bahwa kedatangannya ke Pesantren Al Hamidiyah, adalah untuk "menggoda" para santri Pesantren Al Hamidiyah. Supaya muncul ghirahnya belajar kaligrafi. Kiai Didin memang seorang penggerak. Disaat kaligrafer lain lebih bersifat khumul (menyembunyikan dirinya), beliau tampil menggerakkan anak muda. Menggelorakan semangat belajar kaligrafi.
Beliau mengambil kuas, mulai menggoreskannya diatas kanvas. Menciprat cipratkan cat. Memutar mutar kuas. Membuat bentuk bentuk huruf yang tidak tertebak. Semua mata menunggu apa kiranya yang beliau tulis.
Setelah selesai,ternyata beliau menulis kaligrafi "Al Hamidiyah". Beliau menjelaskan, jenis kaligrafinya adalah khat diwani jaly. Salah satu khat paling lembut dan lentur, hasil temuan Ibrahim Munif. Beliau melanjutkan, ada satu khat yang sifatnya kaku dan kejur. Yaitu khat Kufi...kemudian penjelasan penjelasan lain yang sangat bermanfaat. Termasuk motivasi kepada santri agar bisa ikut MTQ.
Kemudian beliau berpindah ke kanvas kedua. Beliau menulis satu huruf dan titik. Selanjutnya kuas diserahkan kepada para pimpinan pesantren Al Hamidiyah untuk menulis apa saja diatas kanvas. Maka para pimpinan maju satu persatu untuk menulis. Jadilah sebuah karya.... Karya yang tidak bisa dibaca.
Kemudian Kiai Didin, ditantang untuk melengkapi corat coret tersebut, sehingga menjadi karya kaligrafi yang bisa dibaca. Berikut ini hasilnya :
Selanjutnya, para santri dan guru dipersilahkan menulis kaligrafi diatas bentangan kain yang sudah disediakan. Acara diakhiri dengan foto bersama, kemudian menuju ke lobi untuk meninjau pameran beberapa karya.
Adapun saya sendiri, sibuk mengambil dokumentasi sebanyak banyaknya. Sayangnya tidak bisa mendapatkan angle yang cukup bagus. Keinginan saya berfoto bersama Kiai Didin pun tidak tercapai.