Ijazahnya yang kedua dari Hamid Al Amidi
Ditulis dengan gaya diwani yang sangat indah.
Bunyi teksnya adalah :
بسم الله الرحمن الرحيم
وَلَدِي هَاشِم مُحَمَّد الْبَغْدَادِي الخَطَّاط
شَاهَدْتُ فِيْكَ الصِّدْقَ وَالْإِخْلاَصَ وَالْمَحَبَّةَ لِهَذَا اْلفَنِّ اْلجَمِيْلِ الَّذي لَمْ يَنْدَثِرْ ماَ دَامَ اْلإسْلاَم قَائِماً وَأَعْهَدُ فِيْكَ أنْ تَكُوْنَ مِنْ خِياَرِهِمْ وَأَوَّل ٍالخَطَّاطِيْنَ فِي اْلعَالَمِ الإسْلاَمِي، فَلَكَ أُهْدِي أزْكَى التَهَانِي لِمَا أنْتَ فِيْه فِي تَقدُّم دَائِم.
كُتب في الآسِتاَنَة سَنَة 1372 هجرية،
استاذك المخلص موسى عزمي المعروف بحامد الآمدي
Hanya saja, beberapa penulis lain seperti Mr. Ugur Derman, mencoba 'meluruskan'. Bahwa pertemuan Hasyim dan Hamid adalah pertemuan sesama master kaligrafi. Bukan sebagai guru dan murid. Ijazah yang diberikan Hamid, adalah sebuah penghormatan saja. Bahkan dalam salah satu ucapannya, Hamid merasa malu untuk memberi ijazah kepada Hasyim karena level Hasyim diakuinya 'sudah mengunggulinya' .
Karya Karya Kaligrafinya
Hasyim terkenal dengan tulisannya yang bukan saja indah susunannya, tetapi juga halus seperti dikerjakan dengan mesin. Hasyim sangat teliti dalam mengikuti kaidah penulisan khat. Diantara kelebihan Hasyim Muhammad adalah kemampuannya dalam menuliskan huruf secara berulang ulang dengan bentuk yang sama persis. Kemampuan seperti ini jarang dimiliki kaigrafer, menunjukkan betapa seringnya dia berlatih kaligrafi.
Berikut ini beberapa diantara karyanya :
Surah Ali Imran ayat 159
ِفَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوكَّلْ عَلَى الله
ٍAl Qur'an Surah Al An'am ayat 162
َقُلْ إنَّ صَلاَتيِ وَنُسُكِي وَمـَحْــيَايَ وَمـَمَـاتِي لله رَبِّ الْعَالَمِيْن
هو الله لا إله إلا الله محمد رسول الله
Dialah Allah, tiada tuhan selain Allah, Muhammad Rasulullah
Ditulis oleh Hasyim Muhammad, tertanggal 1380 M
Tinggi cita cita itu termasuk iman
ِعُلُوُّ الْهِمَّةِ مِنَ الْإِيـــــْماَن
Judul kitab : Alfu Lailah wa Lailah
(Seribu Satu Malam)
Basmalah
ِAl Baqarah 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآن
Surah Al Qadar ayat 5
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Nama Orang
عَادِل عَبْد الرَّؤف الْفَرَا
Surah Fathir 43 :
ولا يحيق المكر السيئ إلا بأهله
Surah Al Mulk ayat 29
قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَناَّ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا
ِتَوَكَّلْتُ عَلَى الله
Salah satu karya Hasyim Muhammad (tidak ada tauqi'nya) dalam gaya Diwani Jaly :
Hadrot Sohibu al siyadah ra'is majlis siyadahal fariq al rukn Muhammad Najib Ar Rubai'iy
اللهُ وَليُِّ التَّوْفِيْق
Karya Hasyim Muhammad, meniru tulisan Hafidz Usman.
Karya ini diberikan sebagai hadiah kepada kaligrafer Muhammad Badawi Ad-Dirani
وَباِلشُّكْرِ تَدُوْمُ النِّعَم
Karya Tsuluts Mutanadzir (berpantulan) Surah Al Isra ayat 85
ًوَماَ اُوْتِيْتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إلاَّ قَلِيْلا
Sampul Sebuah Buku
Ghirahnya Terhadap Kaligrafi Tradisional
Hasyim Muhammad adalah kaligrafer tradisional. Ia sangat menjunjung tinggi kaidah kaidah kaligrafi.
Hasyim sangat cemburu bila ada kaligrafer yang menulis tanpa kaidah. Karena itu ia juga tidak suka bila ada yang mencoba kreatif mengembangkan model model huruf seni kaligrafi yang sudah mapan. Ia tidak suka yang berbau kontemporer, menulis huruf huruf sebebasnya tanpa kaidah. sebagaimana yang banyak dilakukan oleh kaligrafer Mesir dan Syiria.
Baginya, melanggar kaidah kaligrafi adalah kejahatan. Setiap usaha mengembangkan bentuk huruf yang sudah mapan ia anggap sebagai usaha untuk menghancurkan bahasa Arab dan huruf huruf Al Qur'an. Sikapnya ini bisa difahami, mengingat usahanya menguasai kaligrafi dengan susah payah. Ia tidak ingin ada kaligrafer kaligrafer malas, yang mengambil jalan pintas dalam berkarya dengan cara menulis semaunya tanpa mengikuti kaidah.
Bukunya
Hasyim Muhammad Al-Baghdadi meninggalkan sebuah buku kaidah belajar kaligrafi yang sangat monumental berjudul (Qawaid al Khat Al Araby). Buku ini sangat populer dan dipelajari diberbagai negara.
Di Indonesia bahkan hampir setiap kursus/sekolah kaligrafi 'membajak' buku ini. Maksud saya, di Indonesia banyak beredar bajakannya dan fotocopiannya. Baik secara lengkap sebagaimana diterbitkan, maupun bagian bagiannya yang dibuat menjadi jilid jilid lebih kecil.
Hanya saja banyak guru kaligrafi yang tidak menerangkan kepada murid muridnya bahwa kaidah yang sedang dipelajarinya itu adalah milik Hasyim Muhammad. Mestinya harus diperkenalkan. Ini kan satu bentuk etika. Lebih baik lagi, bila sang pengarang ini dikirimi Surah Fatihah atau do'a. Supaya ilmunya manfaat.
Wafat
Hasyim Muhammad Al Baghdadi wafat pada hari Senin tanggal 30 April 1973 setelah ia merasakan sakit pada dadanya di malam itu. Ia dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong. Ajal telah menjemputnya.
Jenazahnya disholatkan oleh banyak orang, dipimpin oleh seorang imam yaitu Syeikh Ma'thuq Mahmud Al A'dzomy. Hasyim dimakamkan di kompleks pekuburan Khaizaran dekat masjid Abu Hanifah. Kuburnya bersebelahan dengan makam sufi terkenal Asy-Syibli.
Hasyim Muhammad berencana menulis mushaf Al-Qura'an, sayangnya tidak terwujud. Meski demikian, ia pernah diutus ke Jerman untuk menjadi supervisor pencetakan Al Qur'an yang ditulis oleh Muhammad Amin Al Rusydi.