Kaligrafer Iraq Abbas Al-Baghdadi masih teringat peristiwa paling buruk dalam hidupnya saat ia dipaksa menulis mushaf Al-Qur'an oleh Presiden Negara Iraq Saddam Husein dengan darahnya.
Abbas Baghdadi adalah salah seorang penulis kaligrafi (khattat) di Negara Iraq, bahkan diseluruh dunia secara mutlaq. Ia adalah guru bagi banyak kaligrafer besar dunia seperti Musanna al-Ubaidi dan Nabil Syarifi. Karya karyanya dikenal memiliki ciri ciri bersih, memiliki komposisi huruf yang pas, dengan susunan yang indah, serta ornamen ornamen yang bagus. Karena Abbas al-Baghdadi selain seorang kaligrafer, ia juga memiliki kemampuan membuat hiasan dekorasi.
Ia menulis tiga buah buku. Yang pertama adalah : Mizanul Khattil Arabi, yang kedua adalah khusus belajar kaligrafi naskh mushaf. yang ketiga adalah tuhfatul mizan li majmuu' khutut al arabiyyah, berisi kumpulan karya karya kaligrafi.
Situasi politik, menyebabkan ia beberapa kali hijrah. Antara lain ke Oman, kemudian ke Amerika. Ia dipuji puji oleh Presiden Iraq Saddam Husein sebagai harta karun Negara Iraq, dan berkali kali menjabat sebagai ketua perhimpunan kaligrafer di Iraq. Diantara beberapa prestasinya antara lain pernah diberi penghargaan sebagai kaligrafer muda terbaik Baghdad (1969), kemudian selama 5 tahun (1975-1980) bekerja sebagai kaligrafer di dua penerbit buku Daarul Arobiyyah dan Daarul Hurriyah. Kemudian di era Saddam Husein, beliau menjabat sebagai Kepala Kaligrafer Negara Iraq selama 15 tahun (1988 - 2003). Diluar negerinya, ia juga terlibat dalam penulisan kiswah Ka'bah, dan membuat karya karya spesial pesanan raja raja antara lain keluarga kerajaan Yordania (Urdun) dan Abu Dhabi. Setelah ia hijrah ke Amerika, ia juga berjasa memperkenalkan kaligrafi Islam dan mengembangkannya di Amerika, antara lain dengan mengajar kaligrafi di Virginia dan mengadakan beberapa workshop di sana. Ia juga berperan dalam pembangunan musium khusus kaligrafi Arab dan Islam di Kennedy Center Washinton DC.
Ia juga menulis mushaf Al Quran, merancang desain mata uang, passport dan dokumen dokumen serta sertifikat resmi negaranya.
Saat ini, karya karya Abbas Al- Baghdadi dapat di saksikan di website resmi beliau di http://www.abbasbaghdadi.com
Dipaksa Menulis Al-Qurán Dengan Darah Saddam Husein
Abbas Al- Baghdadi bercerita, mengenai peristiwa tidak menyenangkan yang dialaminya saat ia masih menjabat sebagai kepala kaligrafer Negara Iraq, dimana ia mendapatkan perintah untuk menulis Al-Qurán dari Saddam Husain. . Perintah yang tentu saja ia sanggupi, tanpa tahu apa yang sebenarnya diinginkan Saddam Husain. Ia diperintahkan menuliskan contohnya dengan tinta yang dibawa oleh pengawal Saddam. Tinta itu kental seperti krim, sehingga sulit sekali untuk digunakan menulis. Kemudian ia dijemput untuk dibawa kerumah sakit untuk menunjukkan contoh hasil tulisannya. Disana ia ditunggu Saddam Husein yang sedang menjenguk Uday, anaknya yang hampir tewas karena upaya pembunuhan.
Dirumah sakit itulah Abbas Al-Baghdadi baru menyadari sesungguhnya Saddam Husein telah bernadzar untuk menulis Al-Qur'an lengkap dengan darahya sendiri. Dan sesungguhnya tinta merah yang telah ia gunakan adalah darah Saddam Husein. Abbas Al-Baghdadi tidak bisa menolak meski dalam keyakinannya keinginan Saddam itu bertentangan dengan ajaran agama Islam. Hatinya tertekan bahkan hingga saat ini bila ia mengingatnya.
Ia melanjutkan proyek itu dibawah tekanan. Tetapi ia meminta Darah Saddam diberi campuran beberapa bahan kimia sehingga mudah digoreskan. Ia bekerja seminggu penuh selama 16 jam sehari. Dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 12 malam. Ia hanya istirahat untuk makan dan sholat. Selama menulis ia di tunggui oleh aparat keamanan yang selalu meletakkan pistolnya dimeja dihadapannya. Bahkan ketika sholatpun ia dikawal. Pistol akan diacungkan ke kepala Abbas Al-Baghdadi bila menunjukkan keengganan menulis. Dua minggu sekali ia meminta stok darah Saddam.
Akhirnya ia dapat menyelesikan proyek tersebut dalam waktu 2 tahun. Selama itu ia hanya digaji $45 . Setelah selesai ia diupah $3000. Jumlah itu juga diterima oleh para pengawalnya yang kerjaannya hanya duduk mengawasi.
Al-Qur'an berlumuran darah itu kemudian disimpan di istana kerajaan Saddam Husein sampai terjadi pendudukan oelh tentara AS. Al-Qur'an itu turut dijarah saat terjadi penjarahan massal di Negeri Iraq.
Penemuan Kembali Mushaf Saddam Husein
Inilah Mushaf yang ditulis dengan darah Saddam Husein |
Rakyat Irak akhirnya menemukan kembali mushaf Al-Qurán yang ditulis dengan darah Saddm Husein itu. Mushaf itu kemudian diserahkan kepada pemerintah untuk disimpan. Para peneliti menyatakan bahwa mushaf tersebut asli dan benar benar ditulis dengan darah. Menurut perhitungan mereka, darah yang dibutuhkan untuk menulis Al-Qurán ini kurang lebih 7 galon (27 liter) yang diambil dari badan Saddam Husein selama dua tahun. Menurut para ahli, darah yang diambil dari Saddam sudah melewati ambang batas yang diizinkan dalam dunia kesehatan. Artinya Saddam telah membahayakan nyawanya sendiri demi menyelesaikan Al-Qur'an ini.
Penemuan ini memicu perdebatan panjang mengenai hukumnya. Para ulama memaksa agar mushaf Al- Qur'an itu dibakar saja. Tetapi pihak berwenang menganggap Al-Qur'an ini sebagai warisan berharga dan akan disimpan.
Sumber :